Aku menemuimu di baris kata-katamu
Dalam surat di malam itu
Setiap huruf yang berderet dikertasmu
Memaksa mataku untuk menyapa mereka
Mengeja huruf dalam lembah dan guanya
Aku tersenyum, namun mataku menangis
Perihal rindu membuncah seketika
Ah,sudah kepalang basah pula
Kepalang cinta aku padamu
Setelah membaca suratmu
Aku lipat dengan hati gamang
Agar sama seperti sedia kala
Rindu yang luka
Ah ah ah, lagi-lagi sepotong wajahmu
Menggantung dipelupukku
Mematahkan pucuk-pucuk cemara
Mengalirkan air sungai dihatiku
*untukmu, semalam di api unggun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar