Selasa, 09 Juni 2009

Aku Mencintai Ibuku

nafasku adalah puisi yang terkantuk-kantuk
disudut kota merah
merayap dibangunan-bangunan tua
ketika pagi ia berkemas menjadi satpam
menjaga kata-kataku yang belum manjadi puisi
mataku akan meleleh saat ibuku mati
ia menghembuskan nafasnya digantungan awan
yang ringan bersama angin sepoi
ia wanita separuh nafasku
satu nadi yang berdenyut serentak
satu jantung dengan irama senada

aku tututp kepala ibuku dengan
kerudung warna bunga kangkung
yang ungu diantara air kotor
namun sang bunga tak risau berakrab dengannya
ungu yang mengendap di dadaku
menyeskkan nafasku, bedebah!
namun mati bagi ibuku
adalah penantian tak terlupakan
hingga mataku meleleh terkebur waktu
nafasku masih menjadi puisi
ditebing-tebing yang kuat
dikubur ibupun puisiku tidur disampingnya

Tidak ada komentar: